A. Latar
Belakang dan Permasalahan
Perkembangan
dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk
dan sifat kegiatan, serta dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara
berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri.[1] Pariwisata merupakan industri gaya
baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan
kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam
negara penerima wisatawan. Di samping itu pariwisata sebagai suatu sektor yang
kompleks meliputi industri-industri seperti industri kerajinan tangan, industri
cinderamata, penginapan dan transportasi.[2]
Sebagai industri jasa yang digolongkan sebagai industri ketiga, pariwisata
cukup berperan penting dalam menetapkan kebijaksanaan mengenai kesempatan
kerja, dengan alasan semakin mendesaknya tuntutan akan kesempatan kerja yang
tetap sehubungan dengan selalu meningkatnya wisata di masa yang akan datang.[3]
Sektor pariwisata saat ini menjadi salah satu sektor
unggulan bagi pemerintah Republik Indonesia
dalam mendapatkan devisa negara. Untuk meningkatkan
jumlah kunjungan pariwisata ke Indonesia
khususnya ke Jawa.
Museum Perundingan
Linggarjati
|
|
Perundingan Linggarjati atau kadang juga disebut Perundingan Linggajati
adalah suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa
Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia.
Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15
November 1946 dan diratifikasi kedua negara pada 25 Maret 1947.
|
|
![]()
Latar Sejarah
Sebelum menjadi Museum Perundingan Llinggajati bangunan ini berupa gubuk milik Ibu Jasitem (1918), kemudian pada tahun 1921 oleh seorang bangsa Belanda bernama Tersana dirombak menjadi rumah semi permanen, pada tahun 1930-1935 setelah dibeli keluarga Van Ost Dome (bangsa Belanda) dirombak menjadi rumah tinggal seperti sekarang, kemudian pada tahun 1935 -1946) dikontrak Heiker (bangsa Belanda) dijadikan Hotel yang bernama Rus "Toord". Keadaan ini berlanjut setelah Jepang menduduki Indonesia dan diteruskan setelah kemerdekaan Indonesia. Pada zaman pendudukan Jepang, hotel tersebut berubah namanya menjadi Hotel Hokay Ryokan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945 hotel ini diberi nama Hotel Merdeka. Jika diperhatikan, pembagian ruangan dalam Museum Perundingan Linggajati sekarang masih menyerupai pembagian ruangan untuk bangunan hotel. Pada tahun 1946 di gedung ini berlangsung peristiwa bersejarah yaitu Perundingan antar Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda yang menghasilkan Naskah Linggarjati sehingga gedung ini sering disebut Gedung Perundingan Linggajati. Sejak aksi militer tentara Belanda ke-2 1948-1950 gedung dijadikan markas Belanda, kemudian pada tahun 1950 - 1975 difungsikan menjadi Sekolah Dasar Negeri Linggajati, selanjutnya pada tahun 1975 Bung Hatta dan Ibu Sjahrir berkunjung dengan membawa pesan bahwa gedung ini akan dipugar oleh Pertamina, tetapi usaha ini hanya sampai pembuatan bangunan sekolah untuk Sekolah Dasar Negeri Linggajati yang selanjutnya pada tahun 1976 gedung ini oleh diserahkan Kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dijadikan Museum Memorial. |
|
![]()
Lokasi Museum
Museum Perundingan Linggajati terletak di Desa Linggajati, dan termasuk dalam Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Desa Linggajati terletak pada ketinggian 400 meter dari permukaan laut. Desa ini diapit oleh tiga desa, yaitu di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Linggamekar, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Linggaindah dandi sebelah barat berbatasan dengan Gunung Ciremai. Desa Linggajati berjarak 35 km dari Cirebon dan 17 km dari Kuningan. Transportasi Untuk menuju ke museum dapat ditempat melalui jalan darat: - Jarak dari terminal bus ke museum 22 km - Jarak dari stasiun kereta api 25 km - Jarak dari Pelabuhan laut 25 km Koleksi Koleksi yang dimiliki museum ini adalah berupa naskah perundingan, foto-foto, dan meja kursi. untuk . Jadwal Kunjung Waktu jam kunjung museum a. Senin --Jumat dari pukul 07.00 - 15.00 b. Sabtu - Minggu dari pukul 08.00 - 17.00 Fasilitas Bangunan museum berdiri diatas areal seluas 2,4 ha, dengan luas bangunan 800 m2 yang terdiri dari: ruang sidang, ruang sekretaris, kamar tidur Lord Killearn (Inggris), ruang pertemuan Presiden Soekarno dan Lord Killearn, kamar tidur delegasi Belanda, kamar tidur delegasi Indonesia, ruang makan, kamar mandi/WC, ruang setrika, gudang, bangunan paviliun, dan bangunan garasi. |
|



{ 0 komentar... read them below if any or add comment }
Posting Komentar